Pertemuan
Senin, 3 November 2014 di ruang 305 FIP UNJ
KONSEP PIUTANG
Piutang dagang merupakan tagihan
perusahaan kepada pelanggan/pembeli atau pihak lain yang membeli produk
perusahaan. Piutang usaha ini (untuk selanjutnya dalam pembahasan ini akan
disebut piutang) muncul karena adanya penjualan kredit.
Kredit dalam bahasa latin “credere” yang
berarti percaya. Maksud dari percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya
kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan
dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi sipenerima kredit merupakan penerimaan
kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu.
Sedangkan Undang-Undang Perbankan No. 10
Tahun 1998 menyebutkan bahwa Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank derngan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
utangnya setelah setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk
memudahkan pencatatan transaksi yang mempengaruhinya. Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) (2007 : 451) mengemukakan bahwa menurut sumber terjadinya, piutang
digolongkan ke dalam dua (2) kategori yaitu: piutang usaha dan piutang
lain-lain. Piutang usaha timbul karena penjualan produk atau jasa dalam rangka
kegiatan normal usaha, sementara piutang yang timbul di luar kegiatan normal
usaha digolongkan sebagai piutang lain-lain.
Berikut adalah pengelompokan piutang
secara umum:
1. Piutang
Dagang (Trade Receivable)
Piutang dagang merupakan jumlah tagihan
perusahaan kepada pelanggan yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang
merupakan kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang dagang merupakan tipe
piutang yang paling lazim ditemukan dan umumnya mempunyai jumlah yang paling
besar. Piutang ini dapat dibagi menjadi piutang usaha dan wesel tagih.
a. Piutang Usaha (account
receivable)
Piutang usaha yang berasal dari penjualan
kredit jangka pendek dan biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 sampai 60 hari.
Biasanya piutang usaha tidak melibatkan bungan, meskipun pembayaran bunga atau
biaya jasa dapat saja ditambahkan bilamana pembayarannya tidak dilakukan dalam
periode tertentu.
b. Wesel Tagih (notes
receivable)
Wesel tagih adalah janji tertulis untuk
membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di amsa depan. Wesel
tagih dapat berasal dari penjualan, pembayaran atau transaksi lainnya. Wesel
tagih bisa bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang. Wesel tagih dapat
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu :
ü Wesel tagih berbunga (interest
bearing notes)
Wesel
tagih berbunga ditulis sebagai perjanjian untuk membayar pokok atau jumlah
nominal dan ditambah dengan bunga yang terhutang pada tingkat khusus.
ü Wesel tagih tanpa bunga
(non-interest bearing notes)
Pada
wesel tagih tanpa bunga tidak dicantumkan persen bunga, tetapi jumlah
nominalnya meliputi beban bunga.
1. Piutang
Lain-lain (Non Dagang)
Piutang
lain-lain merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pihak lain akibat
dari transaksi yang secara tidak langsung berhubungan dengan kegiatan normal
usaha perusahaan. Piutang lain-lain meliputi piutang pegawai, piutang dari
perusahaan afiliasi,piutang dividen, piutang bunga, dan lain-lain.
Sedikit
berbeda dengan pendapat Niswonger (2005 : 392), jenis piutang dibedakan atas
tiga (3) jenis, yaitu:
1. Piutang
Usaha, merupakan jenis piutang yang diperkirakan dapat ditagih antara 30 - 60
hari.
2. Piutang
Wesel / Wesel Tagih, merupakan jenis piutang yang periode kreditnya lebih dari
60 hari.
Piutang
Lain-lain, merupakan jenis piutang yang jika dapat ditagih dalam waktu 1 tahun
diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Namun jika piutang tersebut tidak dapat
ditagih dalam waktu 1 tahun diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar.
Prinsip
Pemberian Kredit
Dalam
dunia perbankan prinsip analisis kredit dikenal dengan konsep 5C; yaitu :
1. Character
Tingginya
respek pelanggan terhadap kewajibannya, dilihat dari karakter manajemen
perusahaan debitur. Karakter ini merupakan suatu keyakinan bahwa sifat
atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat
dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang
bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang besifat latar belakang pribadi.
2. Capacity
Kemampuan
pelanggan membayar kewajiban berdasarkan aspek likuiditas & proyeksi aliran
kas. Pada analisa ini bank berusaha mengetahui kemampuan manajemen
mengoperasikan perusahaannya sehingga dapat memenuhi kewajibannya terhadap bank
secara rutin dan pada saat jatuh tempo. Kapasitas ini menunjukkan kemampuan
riil dari perusahaan untuk merealisasikan rencana yang telah dibuatnya.
3. Capital
posisi
keuangan perusahaan yang ditunjukkan oleh rasio keuangan & besarnya modal
sendiri. Analisis aspek capital ini meliputi struktur modal yang
disetor, cadangan-cadangan dan laba yang ditahan dalam struktur keuangan
perusahaan. Besarnya modal sendiri ini menunjukkan tingkat resiko yang
ikut dipikul oleh debitur dalam pembiayaan suatu proyek.
4. Collateral
aset
milik pelanggan yang dijadikan jaminan, seperti surat berharga. Penilaian ini
meliputi penilaian terhadap jaminan yang diberikan debitur sebagai
pengaman kredit yang diberikan bank. Penilaian tersebut meliputi
kecenderungan nilai jaminan di masa depan dan tingkat kemudahan mengkonversikannya
menjadi uang tunai (marketability).
5. Condition
kondisi
ekonomi secara umum yang memengaruhi kebijakan ekonomi perusahaan. Analisis terhadap
aspek ini meliputi analisis terhadap variabel ekonomi makro yang melingkupi perusahaan
baik variabel regional, nasional, maupun internasional. Variabel yang
diperhatikan terutama adalah variabel ekonomi (walaupun tidak terlepas
juga bank perlu memperhatikan variabel lainnya seperti kondisi politik,
perundang-undangan, dan lain-lain)
PENGELOLAAN PIUTANG
Piutang
merupakan asset yang cukup material. Oleh karena itu diperlukan manajemen
pengelolaan piutang yang efektif dan efisien agar jumlah dana yang diinvestasikan
dalam piutang sesuai dengan tingkat kemampuan perusahaan sehingga tidak
mengganggu aliran kas.
Kebijakan
pengelolaan piutang meliputi pengambilan keputusan-keputusan sebagai berikut :
1. Standar
kredit
Standar
kredit adalah kualitas minimal kelayakan kredit seorang pemohon kredit yang
dapat diterima oleh perusahaan. Dengan adanya standar tersebut, perusahaan
dapat meningkatkan penjualannya melalui penjualan secara kredit namun tidak
menimbulkan resiko piutang tak tertagih yang berlebihan.
Perusahaan
harus menentukan standar kredit yang tepat, yang lebih besar manfaat yang akan
diperoleh bagi perusahaan daripada biaya akan dikeluarkan perusahaan dengan
adanya standar tersebut.
2. Syarat
kredit
Suatu
syarat kredit menetapkan adanya periode di mana kredit diberikan dan potongan
tunai (bila ada) untuk pembayaran yang lebih awal. Faktor yang mempengaruhi
syarat kredit adalah: a. Sifat ekonomik produk, b. Kondisi penjual, c. Kondisi
pembeli, d. Periode kredit, e. Potongan tunai dan d. Tingkat bunga bebas risiko
(tingkat bunga bank).
1. Kebijakan
kredit dan pengumpulan piutang
Kebijakan
kredit dan pengumpulan piutang mencakup beberapa keputusan yaitu: a. Kualitas
jumlah yang diterima, b. Periode kredit, c. Potongan tunai, d. Persyaratan
khusus, dan d. Tingkat pengeluaran untuk pengumpulan piutang.
Banyaknya
piutang yang tak tertagih akan membuat biaya penagihan meningkat. Akan tetapi,
usaha pengumpulan piutang juga tidak dianjurkan terlalu agresif, karena dapat
mengurangi penjualan dan keuntungan perusahaan di masa mendatang karena
pelanggan akan beralih ke perusahaan lain, dalam hal ini pesaing.
Contoh
Piutang Dagang
Pada
tanggal 1 Januari 2011 PT. X menjual barang kepada PT.Y seharga Rp.1000.000
dengan termin 2/10, n/30. pada tanggal 5 Januari barang senilai Rp.100.000
dikembalikan oleh PT.Y kepada PT.X karena rusak. tanggal 11 Januari PT.X
menerima pembayaran PT.Y sebesar saldo tagihannya.
Jurnal
untuk mencatat transaksi-transaksi diatas dalam pembukuan PT.X adalah sebagai
berikut :
Jan
1 Piutang Dagang
Rp.1.000.000
Penjualan Rp.1000.000
Jan 5 Retur dan Potongan Penjualan Rp. 100.000
Piutang Dagang Rp.100.000
Jan 11 Kas Rp.882.000
Potongan Tunai penjualan Rp. 18.000
Piutang Dagang Rp. 900.000
Penjualan Rp.1000.000
Jan 5 Retur dan Potongan Penjualan Rp. 100.000
Piutang Dagang Rp.100.000
Jan 11 Kas Rp.882.000
Potongan Tunai penjualan Rp. 18.000
Piutang Dagang Rp. 900.000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar